Revolusi Budaya
Perubahan Revolusi
Revolusi adalah perubahan
sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau
pokok-pokok kehidupan masyarakat.
Perubahan revolusi
merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau
perencanaan sebelumnya.Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai
perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat
terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali
dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Berdasarkan Perkembangan
Kebudayaan Pada Zaman Dahulu :
Kehidupan masyarakat
(manusia) pada zaman prasejarah terbagi menjadi 3 periode, yaitu:
a. Masa berburu dan
mengumpulkan makanan Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya
dalam menghadapi kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah
menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada
alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan.
b. Masa bercocok tanam
Pada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul
upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu.
Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung
kepada alam.
c. Masa perundagian Pada
masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam. Pengolahan
logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk mengolah
logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya
dikenal dengan sebutan Undagi.
Pada Masyarakat Sekarang
:
Bentuk-Bentuk Perubahan
Sosial Budaya
Perubahan sosial selalu
terjadi dalam masyarakat. Namun, perubahan pada masyarakat yang satu berbeda
dengan masyarakat yang lain. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat yang
berlainan. Menurut Soerjono Soekanto (1987:293–298), perubahan sosial budaya
yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi perubahan evolusi dan
revolusi, perubahan direncanakan dan tidak direncanakan, serta perubahan
berpengaruh kecil dan berpengaruh besar.
a. Perubahan Revolusi dan
Evolusi
Revolusi adalah perubahan
yang berlangsung dalam waktu yang cepat. Revolusi menyangkut seluruh sendi-sendi
pokok kehidupan masyarakat. Perubahan karena revolusi dapat direncanakan atau
tidak direncanakan sebelumnya, dengan kekerasan atau tanpa kekerasan. Ciri khas
revolusi antara lain perubahan berlangsung secara cepat, berskala besar karena
menyangkut sendi-sendi pokok kehidupan, terjadi tanpa direncanakan sebelumnya,
sering diikuti kekerasan, serta menimbulkan konflik. Contoh perubahan ini
antara lain Revolusi Industri Inggris, Revolusi Prancis, Revolusi Indonesia
tahun 1945, serta Reformasi Indonesia tahun 1998.
Perubahan evolusi
merupakan perubahan yang berjalan lambat dan memerlukan waktu yang lama.
Umumnya perubahan evolusi berupa suatu rentetan perubahan kecil yang
mengikutinya secara lambat. Perubahan evolusi terjadi karena masyarakat
berusaha menyesuaikan diri dengan kebutuhan, keadaan, dan kondisi lingkungan
sekitar. Ciri khas perubahan evolusi antara lain memerlukan waktu lama,
perubahan berskala kecil, terjadinya perubahan tidak disadari oleh masyarakat,
dan tidak menimbulkan konflik atau kekerasan. Contohnya terjadi pada kehidupan
suku bangsa kita seperti Nias, Dani, Dayak, dan Sakai. Perubahan tersebut juga
terjadi pada masyarakat desa menjadi masyarakat kota yang kompleks dan
perubahan mata pencaharian hidup.
b. Perubahan Direncanakan
dan Tidak Direncanakan
Perubahan direncanakan
disebut juga perubahan yang dikehendaki oleh masyarakat. Oleh karena itu,
perubahan yang direncanakan adalah perubahan yang dikehendaki, diperkirakan,
dan direncanakan sebelumnya oleh pihak-pihak yang menginginkan perubahan
tersebut. Orang-orang menginginkan perubahan dinamakan agent of change atau
agen perubahan. Mereka mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin
sebuah lembaga kemasyarakatan.
Contoh paling baik dari
agent of change adalah peran yang dijalankan oleh Butet Manurung. Ia ingin
melihat anak-anak di pedalaman hutan di Sumatra bisa maju. Ia dengan tekun
mengajak anak-anak tersebut belajar membaca dan menulis. Baginya, melek aksara
adalah kunci menuju perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik. Ia termasuk
agent of change yang sangat berjasa bagi bangsa dan negara. Perubahan yang
direncanakan dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan social planning yang
telah ditentukan. Contoh perubahan direncanakan adalah pembangunan kompleks
rumah tahan gempa, pembangunan rumah sederhana dengan harga yang murah, dan
pembangunan tata kota. Perubahan tidak direncanakan adalah perubahan yang
terjadi tanpa sengaja atau tidak diinginkan oleh pihak-pihak yang mengadakan
perubahan. Biasanya perubahan tidak dikehendaki muncul sebagai dampak dari
perubahan yang direncanakan. Contohnya pembangunan kota menyebabkan urbanisasi,
meningkatnya angka kriminalitas, banyak rumah kumuh, dan bencana banjir.
c. Perubahan Berpengaruh
Besar dan Berpengaruh Kecil
Perubahan berpengaruh
besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap kehidupan
masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada unsur-unsur sosial budaya yang baku
dalam masyarakat, seperti struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata
pencaharian, dan stratifikasi sosial. Mau tidak mau masyarakat mengikuti gerak
perubahan tersebut. Oleh karena itu, perubahan ini membawa pengaruh besar bagi
kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Contoh perubahan berpengaruh besar
adalah industrialisasi, modernisasi, dan globalisasi. Perubahan yang
berpengaruh kecil adalah perubahan yang tidak membawa pengaruh langsung bagi
kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut hanya terjadi pada sekelompok kecil
dari satu unsur budaya yang tidak berarti bagi masyarakat. Misalnya perubahan
mode rambut dan tren baju. Contoh lain adalah perubahan tata bahasa, perubahan
gerakan tari, dan perubahan logat bahasa yang digunakan.
Faktor Penyebab Perubahan
Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya
antara lain disebabkan kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya. Mereka ingin
segala kebutuhan hidupnya terpenuhi. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai
kegiatan. Selain itu, masyarakat menilai adanya kekurangan dalam kebudayaannya.
Menurut Soerjono Soekanto
(1987:299–308), terjadinya perubahan sosial budaya disebabkan dua faktor
berikut ini:
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah
faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut sebagai berikut.
1) Bertambah dan
Berkurangnya Penduduk
Bertambah atau
berkurangnya penduduk disebabkan oleh angka kelahiran, kematian, dan migrasi
yang selalu berubah-ubah. Perubahan jumlah penduduk menyebabkan perubahan
struktur masyarakat, terutama menyangkut lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Pesatnya perkembangan kota mendorong terjadinya urbanisasi. Jumlah penduduk di
kota pun bertambah, sebaliknya di desa semakin berkurang. Kota menjadi penuh
sesak, muncul pengangguran yang mampu meningkatkan angka kriminalitas. Sementara
desa kehilangan tenaga kerja produktif, banyak lahan pertanian kosong karena
ditinggalkan pemiliknya. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada sistem
mata pencaharian, sistem stratifikasi sosial, dan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
2) Adanya Penemuan Baru
(Inovasi)
Penemuan baru mampu
memicu terjadinya perubahan sosial budaya. Penemuan baru didorong adanya
discovery dan invention. Discovery adalah suatu penemuan dari unsur kebudayaan
baru, baik berupa alat atau ide baru yang diciptakan oleh seorang atau beberapa
individu dalam masyarakat. Suatu discovery dapat berubah menjadi invention jika
masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan tersebut.
Menurut Koentjaraningrat,
ada tiga hal yang mendorong munculnya penemuan-penemuan baru, yaitu:
a) kesadaran masyarakat
terhadap kekurangan dalam kehidupannya;
b) kualitas ahli atau
anggota masyarakat; dan
c) perangsang bagi
aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
3) Konflik yang Terjadi
dalam Masyarakat
Pertentangan dalam
masyarakat dapat menyebabkan perubahan sosial
budaya. Misalnya konflik yang terjadi pada masyarakat Ambon.
Berpuluhpuluh bangunan rusak, beratus-ratus orang kehilangan sanak saudara,
kenyamanan, dan keamanan masyarakat menjadi terganggu. Kesemua ini akan membawa
perubahan bagi kehidupan masyarakat. Konflik terjadi karena ada
perbedaan-perbedaan. Ketika perbedaan diperuncing dan menuntut persamaan,
terjadinya konflik tidak terelakkan.
4) Pemberontakan dan
Revolusi
yaitu menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur. Situasi dan kondisi tersebut mendorong
munculnya revolusi sebagai wujud dari pemberontakan. Berbagai lapisan
masyarakat menuntut adanya revolusi total di tubuh pemerintahan.
Keadaan ini mendorong
munculnya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Contohnya Revolusi Mei
tahun 1998 yang terjadi di Indonesia. Adanya revolusi membawa perubahan besar
dari sistem pemerintahan sampai pada sistem kemasyarakatan. Contohnya
terjadinya perubahan kepala negara, wakil kepala negara, struktur kabinet
sampai pada pola perilaku masyarakatnya.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut.
1) Perubahan Alam
Bencana alam seperti gempa
bumi, gunung meletus, tsunami, dan musibah
banjir dapat memicu munculnya perubahan sosial budaya. Lihatlah bencana
banjir bandang yang terjadi pada awal tahun 2008. Curah hujan yang tinggi
menyebabkan rumah, sekolah, pabrik, dan gedung pemerintahan terendam air. Akses
jalan, kereta api, dan aliran listrik menjadi terhambat. Banyak orang
kehilangan tempat tinggal. Mereka terpaksa tinggal dalam pengungsian dengan
sarana yang terbatas. Mereka pun kehilangan pekerjaan.
2) Peperangan
Peperangan bisa memicu terjadinya
perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Masyarakat tidak lagi merasakan
kedamaian dalam kehidupan sosialnya. Mereka hidup dengan perasaan takut dan
waswas. Masyarakat kita pernah mengalaminya saat mempertahankan kemerdekaan.
Tentara Belanda secara membabi buta menghancurkan permukiman penduduk.
Masyarakat merasa tertekan dan secara psikologis kehidupannya penuh dengan
ketakutan. Akibatnya, struktur masyarakat, pola perilaku, dan pemikiran mereka
pun mengalami perubahan.
3) Pengaruh Kebudayaan Lain
Hubungan antara dua
masyarakat yang berbeda kebudayaan memiliki kecenderungan untuk saling
mempengaruhi satu sama lain. Akhirnya, memicu munculnya perubahan sosial.
Tiap-tiap masyarakat melakukan penyebaran kebudayaan yang menghasilkan
kebudayaan baru. Proses ini dapat berlangsung melalui tiga cara, yaitu difusi,
akulturasi, dan asimilasi. Difusi merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur
kebudayaan dari orang per orang kepada orang perorangan yang lain dan dari
masyarakat ke masyarakat yang lain. Akulturasi adalah pembauran antarbudaya
yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya. Asimilasi adalah pembauran
antarkebudayaan yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru sehingga
kebudayaan lama tidak terlihat.