1
Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal
dari bahasa latin yaitu "Communis" atau "common" dalam
bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha mencapai
kesamaan makna "commonness", atau dengan ungkapan lain melalui
informasi kita mencoba untuk berbagi Informasi ,
gagasan atau sifat dengan partisipan lain. Kendala utama dalam berkomunikasi
adalah sering kali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang
sama.
Komunikasi adalah
salah satu cara manusia berhubungan yang melibatkan pengertian atau maksud,
dengan syarat mereka perlu setuju dengan definisi istilah-istilah yang
digunakan berdasarkan sesuatu yang simbolik seperti isyarat,huruf,nomor dan
perkataan yang melambangkan ide-ide yang dapat menyampaikan maksud.
2
Unsur-Unsur Komunikasi
·
Komunikator (communicator) yaitu
memberi berita,dalam hal ini adalah orang yang berbicara, pengirim berita atau
orang yang memberitakan.
·
Menyampaikan Informasi atau
berita, dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatakan,mengirim
ataupun menyiarkan.
·
Komunikan (communicate) yaitu
orang yang dituju, pihak penjawab atau para pengunjung yang menerima informasi
atau berita.
·
Reaksi atau tanggapan
(respon) yaitu dalam bentuk tanggapan atau reaksi.
Kelima
unsur komunikasi tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan bulat, dalam arti
apabila salah satu unsur tidak ada maka komunikasi tidak akan
terjadi. Dengan demikian masing-masing unsur saling berhubungan dan saling
ketergantungan. Dan keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh semua unsur
tersebut.
3
Bagaimana menyalurkan ide
komunikasi
Pada
umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan gerak gerik badan
seperti tersenyum,menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Dalam menyalurkan
ide atau solusi harus ada si pengirim (sender) dan si penerima (receiver).
Ide-ide yang diambil pun tidak sembarangan, tetapi ada penyaringan dan seleksi
untuk diambil ide manakah yang terbaik untuk di ambil dan dilaksanakan untuk
oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan bersama,serta visi dan misi suatu
organisasi.
Adapun tahapan-tahapan cara menyalurkan ide melalui komunikasi :
Adapun tahapan-tahapan cara menyalurkan ide melalui komunikasi :
- Ide (gagasan) oleh
sender.
- Perumusan yaitu
dalam perumusan ini ide si sender disampaikan oleh kata-kata.
- Penyaluran (transmitting) yaitu
penyaluran ini bisa lisan,tertulis,simbol maupun isyarat,dll.
- Tindakan yaitu
tindakan ini sebagai contoh perintah-perintah dalam organisasi
dilaksanakan.
- Pengertian yaitu
kata-kata si sender dalam perumusan tadi dijadikan ide oleh si penerima.
- Penerimaan yaitu
ide atau informasi ini diterima oleh penangkap berita (receiver).
Dalam
membina kerjasama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka
membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah
dan tujuan organisasi. Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama, pada
organisasi itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang tepat dan
se-efektif mungkin sehingga koordinasi dan kerja sama benar-benar
dilaksanakan dengan tepat juga.
4
Hambatan-hambatan komunikasi dalam
organisasi
·
Hambatan Teknis
Keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi semakin berkurang
dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi, komunikasi dan
informasi. Sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efisien
sebagai media komunikasi. Menurut Chruden dan Sherman, dalam
bukunya Personnel
Management , 1976, jenis hambatan teknis dalam komunikasi
:
a.
Tidak adanya rencana dan prosedur kerja yang jelas
b.
Kurangnya informasi atau penjelasan.
c.
Kurangnya keterampilan membaca.
d.
Pemilihan media (saluran) yang kurang tepat.
·
Hambatan Semantik
Gangguan
semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara
efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan
lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan
pengertian (komunikan dan komunikator), tapi seringkali proses penafsirannya
keliru. Tidak adanya hubungan antara simbol dan dengan apa yang di simbolkannya
dapat mengakibatkan data yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang
dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari misi komunikasi yang seperti ini,
seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan
karakteristik komunikannya, dan melihai kemungkinan penafsirannya
terhadap kata-kata yang dipakai.
·
Hambatan Manusiawi
Terjadi
karena adanya faktor emosi dan prasangka pribadi, presepsi, kecakapan atau
ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan panca indera manusia,dll.
Menurut
Chruden dan Sherman:
a.
Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia yaitu perbedaan umur,
perbedaan presepsi,perbedaan keadaan emosi, perbedaan status, keterampilan
mendengarkan, penyaringan dan pencairan informasi.
b.
Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi yaitu Suasana
iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku staff dan efektifitas
komunikasi organisasi.
5
Klasifikasi komunikasi dalam organisasi
Dalam
komunikasi organisasi terdapat beberapa macam klasifikasi komunikasi dan
diantaranya adalan sebagai berikut:
I. Dari
segi sifatnya :
a. Komunikasi
lisan : komunikasi
yang langsung berbicara.
b. Komunikasi
tertulis : komunikasi yang
melalui tulisan.
c. Komunikasi
verbal : komunikasi
yang dibicarakan / diungkapkan.
d. Komunikasi
nonverbal : komunikasi yang tersirat.
II. Dari
segi arahnya :
a. Komunikasi
ke atas : komunikasi
dari bawahan ke atasan.
b. Komunikasi
ke bawah : komunikasi dari atasan ke
bawahan.
c. Komunikasi
horizontal : komunikasi ke sesama manusia yang
derajatnya / tingkatnya sama.
d. Komunikasi
satu arah : Komunikasi tanpa ada
timbal balik.
e. Komunikasi
dua arah : komunikasi dengan adanya
timbal bakik / saling berkomunikasi.
III. Dari
segi lawannya :
a. Komunikasi
satu lawan satu :
berbicara
dengan lawan bicara yang sama.
b. Komunikasi
satu lawan banyak(kelompok) :
berbicara
antara satu orang dengan satu kelompok.
c. Komunikasi
lawan kelompok :
berbicara
antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.
IV. Dari
segi keresmiannya :
a. Komunikasi
formal : komunikasi
yang langsung resmi.
b. Komunikasi
informal : komunikasi yang tidak
resmi.
6
Faktor-faktor Perubahan Organisasi
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
- Faktor
ekstern,
- Faktor
intern.
Faktor Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang
berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat
responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu,
jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan
yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena
lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang
termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan
pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab penting
dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan perlengkapan baru
yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur
kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang
dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah
bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja diubah karena adanya
perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat ditemukan berbagai
produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak memaksa organisasi untuk
melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan bersedia menyerap
berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada gilirannya tidak
akan sanggup survive.
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi
yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
- Problem
hubungan antar anggota,
- Problem
dalam proses kerja sama,
- Problem
keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu problem
yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang menyangkut
hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan problem yang
menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat (hubungan yang
bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul adalah problem
yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang
berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil atau tidak
wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap
terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang kurang
menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi atasan
bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin baik
tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan.
Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran
komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota
organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan
masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga kadang-kadang
merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul dapat menyangkut
masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut perlengkapan atau
peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu birokratis atau
sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak efisien. System
birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi impersonal yang
mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya produktivitas menurun,
demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan menyangkut struktur
organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi output juga dapat
merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan berbagai
perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh hasil
secara efisien.
7
Proses Perubahan
Perubahan Organisasi merupakan modifikasi substantif pada beberapa bagian
organisasi. Perubahan itu dapat melibatkan hampir semua aspek dari organisasi,
seperti jadwal pekerjaan, dasar untuk departementalisasi, rentang manajemen,
mesin-mesin, rancangan organisasi, dan sebagainya.
Dorongan untuk Berubah
Alasan mendasar organisasi memerlukan perubahan adalah karena sesuatu yang
relevan bagi organisasi telah berubah, atau akan berubah. Oleh sebab itu,
organisasi tidak punya pilihan lain kecuali berubah juga. Perubahan ini terjadi
karena adanya dorongan untuk berubah, yang berasal dari:
1. Dorongan Eksternal
Dorongan
eksternal yang mendorong organisasi untuk mengadakan perubahan berasal dari
lingkungan umum organisasi. Adanya aturan baru dalam produksi dan persaingan,
politik, hukum baru, keputusan pengadilan, dan sebagainya akan mempengaruhi
organisasi. Disamping itu, berbagai dimensi seperti teknologi, ekonomi dan
sosiokultural juga mempengaruhi organisasi untuk melakukan perubahan.
2. Dorongan Internal
Pada dasarnya dorongan internal berasal dari dalam organisasi itu sendiri.
Adanya revisi strategi organisasi oleh manajemen puncak, akan menghasilkan
perubahan organisasi. Dorongan internal lainnya mungkin direfleksikan oleh
dorongan eksternal. Misalnya, sikap pekerja terhadap pekerjaannya akan
bergeser, seiring bergesernya nilai sosiokultural.
Akibatnya mereka menuntut suatu perubahan dalam jam kerja, atau perubahan
kondisi kerja.
Dua Jenis Perubahan
Secara umum
ada dua jenis perubahan dalam organisasi.
1. Perubahan Terencana
Perubahan
terencana adalah perubahan yang dirancang dan diimplementasikan secara
berurutan dan tepat waktu sebagai antisipasi dari peristiwa di masa mendatang.
2. Perubahan Reaktif
Perubahan
reaktif adalah suatu respon bertahap terhadap peristiwa ketika muncul.
Langkah-langkah komprehensif dalam proses perubahan
Ada tujuh
langkah komprehensif yang ditempuh dalam proses perubahan organisasi.
Langkah-langkah tersebut yaitu:
1. Mengenali kebutuhan akan perubahan
2. Menetapkan tujuan perubahan
3. Mendiagnosis apa yang menyebabkan
perlunya dilakukan perubahan
4. Memilih teknik perubahan yang sesuai
untuk mencapai tujuan
5. Merencanakan implementasi untuk
perubahan
6. Mengimplementasikan perencanaan
perubahan
7. Mengevaluasi perubahan dan tindak
lanjut
8
Ciri-ciri Pengembangan Organisasi
Pengembangan
organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan
strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki
sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat dan akurat tentang permasalahan
yang dihadapi oleh suatu organisasi.
2. Merupakan
kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan
terjadi terhadap suatu organisasi.
3. Menekankan
cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi
dan semua satuan kerja dalam organisasi.
4. Mengandung
nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara organisasi sau dengan organisasi yang
lainnya.
6. berbagai
satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
7. Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Apabila selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu
dan kelompok, maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran
organisasi (learning organization), yang secara sederhana dapat
diartikan sebagai :
Organisasi yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat
mengelola pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan
sumber daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan
yang selalu berubah.
9
Metode Pengembangan Organisasi
METODE PENGEMBANGAN PERILAKU
1. PROGRAM GERADI MANAJEMEN
Program yang
mengkombinasikan pelatihan kepemimpinan dan latihan pengembangan
kelompok.
2. PEMBINAAN TIM
Suatu tehnik
manajemen yg mencakupkan sejumlah metode spesifik untuk membentuk kerja
tim yang efektif, baik didalam maupun di antara kelompok kerja.
3. PERENCANAAN KEHIDUPAN
Suatu metode
pengembangan yg mendorong dan memungkinkan orang orang memainkan peran
aktif dalam memadukan karier dan aktivitas kehidupan mereka kearah hasil
yang memuaskan
4. PELATIHAN KEPEKAAN
Metode yang
diterapkan secara luas untuk membantu orang orang mempelajari cara
peningkatan ketrampilan antar pribadi mereka.
METODE PENGEMBANGAN STRUKTUR
1. MANAJEMEN BERDASARKAN SASARAN/
MANAJEMEN BY OBJECTIVE (MBO)
Membantu
menyediakan wewenang lebih besar bagi setiap orang untuk menentukan
tujuan pekerjaan mereka
2. SISTEM 4
Merupakan
pendekatan yg diterapkan secara luas untuk mengembangkan karakteristik
desain organik dalam suatu organisasi
3. TEKNOLOGI DESAIN MAPS(multivariate
analysis)
Metode
mendesain organisasi berdasarkan hubungan yg dipandang perlu untuk
melaksankan tugas individu
10
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan tampaknya lebih
merupakan konsep yang berdasarkan pengalaman. Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan)
yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C.
Rost.,1993).
1. Kepemimpinan sebagai fokus proses-proses kelompok
Mumfrrord (1906-1907) :
“kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau bebrapa individu dalam kelompok,
dalam mengontrol gejala-gejala sosial “.
Cooley (1902) : “pemimpin selalu merupakan inti
dari tendensi dan di lain pihak, seluruk gerakan sosial bila diuji secara
teliti akan terdiri atas berbagai tendensi yang mempunyai inti tersebut”.
Redl (1942) : “pemimpin adalah figur sentral
yang mempersatukan kelompok”
Brown (1936) : “pemimpin tidak dapat dipisahkan
dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi
tinggi di lapangan”.
Knickerbocker (1948) :
“kepemimpinan adalah fungsi dari kebutuhan yang muncul pada situasi tertentu
dan terdiri atas hubungan antara individu dengan kelompoknya.
2. Kepemimpinan sebagai suatu kepribadian dan
akibatnya
Bowden (1926), mempersamakan kepemimpinan dengan
kekuatan kepribadian.
Tead (1929), kepemimpinan sebagai perpaduan dari
berbagai sifat yang memungkinkan individu mempengaruhi orang lain untuk
mengerjakan beberapa tugas tertentu.
Bogarus (1928), kepemimpinan
sebagai bentukan dan keadaan pola tingkah laku yang dapat membuat orang lain
berada di bawah pengaruhnya.
3. Kepemimpinan sebagai seni mempengaruhi orang lain
Munson (1921) : ”kepemimpinan sebagai kemampuan
menghendle orang lain untuk memperoleh hasil maksimal dengan friksi sedikit
mungkin dan kerja sama yang besar. Kepemimpinan adalah kekuatan semangat/moral
yang kreatif dan terarah”.
Stuart : “kepemimpinan sebagai kemampuan
yang memberi kesan tentang keinginan pemimpin, sehingga dapat menimbulkan
kepatuhan, rasa hormat, loyalitas dan kerjasama”.
Bundel (1930) : “ “memandang kepemimpinan sebagai
seni untuk mempengaruhi orang lain mengerjakan apa yang diharapkan supaya orang
lain mengerjakan”.
Philips (1939) : “kepemimpinan adalah pembenahan,
pemeliharaan dan pengarahan dari kesatuan moral untuk mencapai tujuan akhir”.
4. Kepemimpinan sebagai penggunaan pengaruh
Shartle (1951) : “pemimpin dapat dianggap sebagi
seorang individu yang menggunakan pengaruh positif melalui tindakannya terhadap
orang lain”.
Tannenbaum, Weschler dan Massank (1961) :
“kepemimpinan sebagai pengaruh interpersonal, dipraktekan dalam suatu situasi
dan diarahkan melalui proses komunikasiuntuk mencapai tujuan.
5. Kepemimpinan sebagai tindakan atau tingkah laku
Hemphill (1949) :
“kepemimpinan didefinisikan sebagi tingkah laku seorang individu yang
mengatakan aktivitas kelompok”
6. Kepemimpinan sebagai bentuk persuasi
Schenk (1928) : “kepemimpinan
adalah pengelolaan manusia melalui persuasi dan interprestasi dari pada melalui
pemaksaan langsung”.
Meson (1934) : “kepemimpinan mengindikasikan
adanya kemampuan mempengaruhi manusia dan menghasilkan rasa aman dengan melalui
pendekatan secara emosional dari pada melalui penggunaan otoriter”.
Copeland (1942) :
“kepemimpinan adalah seni berhubungan dengan orang lain, merupakan seni
mempengaruhi orang melalui persuasi dengan contoh konkrit”.
7. Kepemimpinan sebagai hubungan kekuasaan
Janda (1960) : “kepemimpinan sebagai tipe
hubungan kekuasaan yang berciri persepsi anggota kelompok tentang hak anggota
kelompok untuk menentukan pola tingkah laku yang sesuai dengan aktivitas
kelompok”.
Warriner (1955) :
“kepemimpinan sebagai bentuk hubungan antara manusia/individu yang
mempersyaratkan konformitas dengan tindakan masing-masing individu”.
8. Kepemimpinan sebagai alat mencapai tujuan
Cowley (1928) : “pemimpin
adalah individu yang memiliki program, rencana dan bersama anggota kelompok
bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti”.
Bellow (1959) :
“kepemimpinan sebagai proses menciptakan situasi sehingga para anggota
kelompok, termasuk pemimpin dapat mencapai tujuan bersama dengan hasil maksimal
dalam waktu yang singkat.
9. Kepemimpinan sebagai akibat dari interaksi
Borgardus (1929) : “kepemimpinan
tidak sebagi penyebab atau pengendali, melainkan sebagai aklibat dari tindakan
kelompok”.
10. Kepemimpinan sebagai pembedaan peran
Sherif (1956) :
“menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan peranan di dalam suatu skema hubungan
dan ditentukan oleh harapan timbal-balik antara pemimpin dengan anggota
lainnya”.
11. Kepemimpinan sebaga inisiasi struktur
Stogdill (1955) :
“kepemimpinan sebagai permulaan dan pemeliharaan struktur harapan dan
interaksi”.
11
Tipe – Tipe Kepemimpinan
1.Tipe Otokratis
Ciri-cirinya antara lain:
a. Mengandalkan kepada kekuatan / kekuasaan
b. Menganggap dirinya paling berkuasa
c. Keras dalam mempertahankan prinsip
d. Jauh dari para bawahan
e. Perintah diberikan secara paksa
2. Tipe Laissez Faire
Ciri-cirinya antara lain :
a. Memberi kebebasan kepada para bawahan
b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan
c. Semua pekerjaab dan tanggung jawab
dilimpahkan kepada bawahan
d. Tidak mempunyai wibawa
e. Tidak ada koordinasi dan
pengawasan yang baik
3. Tipe Paternalistik
Ciri-cirinya antara lain :
a. Pemimpin bertindak sebagai bapak
b. Memperlakukan bawahan sebagai orang yang
belum dewasa
c. Selalu memberikan perlindungan
d. Keputusan ada ditangan pemimpin
4. Tipe Kepemimpinan
Ciri-cirinya antara lain :
a. Dalam komunikasi menggunakan saluran formal
b. Menggunakan sistem komanda/perintah
c. Segala sesuatu bersifat formal
d. Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku
5. Tipe Demokratis
Ciri- cirinya antara lain :
a. Berpatisipasi aktif dalam kegiatan organisasi
b. Bersifat terbuka
c. Bawahan diberi kesempatan untuk member saran dan
ide – ide baru
d. Dalam pengambilan keputusan utamakan musyawarah
untuk mufakat
e. Menghargai potensi individu
6. Tipe Open Leadership
Tipe
ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak dalam hal
pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin.
12
Teori Kepemimpinan
1. Teori orang-orang terkemuka
Bernard, Bingham, Tead dan Kilbourne menerangkan
kepemimpinan berkenaan dengan sifat-sifat dasar kepribadian dan karakter.
2. Teori lingkungan
Mumtord, menyatakan bahwa pemimpin muncul oleh
kemampuan dan keterampilan yang memungkinkan dia memecahkan masalah sosial
dalam keadaan tertekan, perubahan dan adaptasi. Sedangkan Murphy, menyatakan
kepemimpinan tidak terletak dalam dari individu melainkan merupakan fungsi dari
suatu peristiwa.
3. Teori personal situasional
Case (1933) menyatakan bahwa kepemimpinan dihasilkan
dari rangkaian tiga faktor, yaitu sifat kepribadian pemimpin, sifat dasar
kelompok dan anggotanya serta peristiwa yang diharapkan kepada kelompok.
4. Teori interaksi harapan
Homan (1950) menyatakan semakin tinggi kedudukan
individu dalam kelompok maka aktivitasnya semakin meluas dan semakin banyak
anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
5. Teori humanistik
Likert (1961) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan
proses yang saling berhubungan dimana seseorang pemimpin harus memperhitungkan
harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual dari mereka yang
terlibat dalam interaksi yang berlangsung.
6. Teori pertukaran
Blau (1964) menyatakan pengangkatan seseorang anggota
untuk menempati status yang cukup tinggi merupakan manfaat yang besar bagi
dirinya. Pemimpin cenderung akan kehilangan kekuasaaanya bila para anggota
tidak lagi sepenuh hati melaksanakan segala kewajibannya.